The Time I’ve Spent with Jostein Gaarder’s Books (Part 1)
Buku Dunia Sophie mengawali perjalananku dalam menyelami karya-karya Jostein yang lainnya. Sebelumnya, aku pernah membuat video review mengenai buku Dunia Sophie di YouTube-ku. Di tulisan kali ini, aku akan sedikit berbagi bagaimana Jostein merubah diriku menjadi seorang pembaca.
Jujur saja, sebelum memulai membaca buku itu, aku belum pernah jadi orang yang meluangkan waktu untuk "membaca buku" di luar kewajiban belajar di sekolah.
Rasa penasaran, sepemahaman karena ingin mempertanyakan hal yang sama "siapakah kamu?", "bagaimana dunia imajinasi bekerja?", "apakah secara natural, pemikiran kita setuju bahwa tuhan itu ada?", "jika makhluk hidup ada karena permainan lotre yang beruntung (adanya material organik, suhu, dan reaksi), bagaimana jika lotre atau kemungkinan itu tidak terjadi?" ...
Dulu aku benar-benar slow reader. Meskipun sekarang juga masih bisa dibilang slow reader. ehehee ..
Baca Dunia Sophie bisa sekitar 1 tahun, dan butuh waktu berbulan-bulan untuk menyelesaikan membaca buku yang lainnya.
Tapi, dengan baca buku-bukunya dia, bisa bikin aku konsisten untuk terus baca, tertarik melihat lembaran berikutnya, penasaran cerita imajinasi seperti apa yang dia tuliskan di buku berikutnya ..
Buku selanjutnya, Misteri Soliter.
Novel yang menceritakan sebuah perjalanan panjang, dengan lika-liku kejadian aneh yang ditemukan selama di perjalanan. Jika kamu merasa Dunia Sophie terlalu berat dan tebal untuk mengawali perkenalanmu dengan dunia filsafat, aku akan merekomendasikan buku Misteri Soliter.
Menurutku, bagian membaca buku didalam buku, itu jenius. Bagaimana dia bisa menuliskan itu tanpa membuat pembaca merasa bosan?
Berawal dari narasi "mengapa seorang Mama meninggalkan suaminya (Papa) dan anaknya, untuk mencari jati diri?". Namun, bagaimana seorang Papa bisa se-positif dan memutuskan mencari istrinya setelah delapan tahun tidak bertemu?
"Aku tidak percaya kita sendirian, nak. Alam semesta ini ramai dengan kehidupan.", "Orang-orang pasti jadi gempar kalau astronom menemukan planet lain yang dihuni makhluk hidup. Tapi mereka lupa merasa takjub pada planet mereka sendiri."
Apakah kurcaci yang usianya 200 tahun dan joker yang muncul berkali-kali selama perjalanan, juga bagian dari kehidupan? Bagaimana bisa alam semesta merangkai narasi yang mungkin tidak kita pikirkan sebelumnya, tetapi ternyata saling terkoneksi.
Percakapan mengenai eksistensi, betapa herannya nenek moyang kita bisa bertahan menghadapi segala tantangan kehidupan, melewati masa anak-anaknya sehingga kita ada di sini sekarang. Sehingga aku (Elsa) ada di sini sekarang, menggerakkan jariku di atas laptop modern yang diproduksi awal abad ke-21.
Di tengah kesibukan kelas, praktikum di biologi, dan latihan silat, membaca buku ini seperti meneguk soda pelangi atau mungkin "soda pop" (istilah yang lagi populer setelah nonton K-Pop Demon Hunters. wkwkwk😂) yang terasa menyegarkan, memantik untuk terus berjalan dan berlari.
The Orange Girl dan House of Tales, kisah cinta yang pernah dan selalu menjadi bagian dari manisnya kehidupan.
Se-sederhana keinginan untuk mencari irisan berinteraksi dengan gadis yang terlihat selalu membawa banyak jeruk dengan kantong kertasnya, dan se-sederhana keinginan untuk terus bersama dengan orang-orang tercinta untuk mengomentari betapa indahnya dunia dan langit itu.
Ya, kita adalah bagian dari alam .. Kisah ringan tentang normalnya kehidupan, dan normalnya sebuah perpisahan, bisa kita rasakan di kedua buku itu 😊
Masih tentang kisah cinta, buku The Castle in the Pyrenees dan Dunia Maya membahas eksistensi jiwa dan misteri dunia
Genre misteri, keanehan, kejadian acak yang saling terhubung, dan munculnya pertanyaan "waaww, kok bisa ceritanya gitu? gimana selanjutnya?", selalu muncul di buku-buku Jostein, tidak terkecuali kedua buku ini.
The Castle in the Pyrenees
Setelah tiga puluh tahun, suatu pasangan bertemu kembali di hotel yang pernah menjadi tujuan destinasi liburan mereka di danau Eldrevatnet di Norwegia.
Secara garis besar, aku suka pada dinamika manisnya bernostalgia, mengkombinasikan realita membahas pekerjaan mereka masing-masing mengenai proyek iklim dan misteri wanita tua yang ditabraknya (tiga puluh tahun lalu) terlihat seperti dirinya di masa depan.
Dunia Maya
Dari novel ini, aku jadi mengenal Fiji, sebuah negara di samudra pasifik.
Entah apakah aku termasuk orang yang tertarik akan alam semesta, seolah cerita itu beresonansi dengan kehidupanku. Bagian-bagian tertentu terasa beririsan, tokoh seorang ahli biologi evolusioner, diskusi di sebuah Konferensi Tropis, hingga pertanyaan-pertanyaan yang muncul:
“Apakah ilmu alam telah mulai mendekati akhirnya?”
“Dan walaupun kita selalu memperdalam pemahaman kita tentang evolusi alam semesta, kita tidak akan pernah bisa memberikan penjelasan ilmiah mengenai apakah alam semesta itu?”
Tidak hanya itu, tokoh kurcaci, muncul juga!
Kisah detail keanehan lainnya, seperti tertulis di sinopsis buku tersebut, menganalisa mengapa ada seorang wanita kenalannya yang sangat mirip dengan lukisan Maja karya Goya, dan mencurahkan tulisan mengenai ilusi.
💮💮💮💮
Aku seneng banget bisa mengulas buku-buku ini dan membuat tulisan ini. Saat kembali membuka beberapa bagiannya, rasanya seperti menemukan bahan bakar baru untuk terus melangkah, dan mendapat ketenangan di saat yang sama.
Kehidupan atau mimpi kita memang bisa terasa luas dan besar, tapi tidak apa-apa jika kebahagiaan sehari-hari justru datang dari hal-hal sederhana. Dari kesadaran bahwa kita benar-benar hidup, dan dari manisnya perhatian dari sebagian kecil orang-orang di sekitar kita.
Ini akan menjadi bagian pertama. Nanti akan ku lanjutkan untuk buku Cecilia And The Angel, Princes of Tales, The Magic Library, Dunia Anna, Cecilia And The Angel, dan yang terbaru diterbitkan oleh Mizan Kitalah yang Ada di Sini Sekarang.
Selamat malam 😊
Komentar
Posting Komentar